PERANG BUBAT VS PERANG BRUBUH PADJAJARAN



   
Oleh: Wangsa Badra Kendeng.

Banyak Mengklaim Perang Bubat Itu Dahyat, Memang Benar Perang Bubat Itu Sangat Dahyat, Tetapi Lebih Maha Dahyat Lagi Perang Brubuh Padjajaran di Pasundan. Kalau Bubat Perang Senegara Musuh Negara Galuh Padjajaran Musuh Wilwatikta Jadi Satu Lawan Satu.
Kalau Brubuh Padjajaran 4 Kasultanan Mengeroyok Jadi Satu Yaitu Kasultanan
1. Kasultanan Al Dam'aqi (Demak) di Bintoro
2. Kasultanan Cirebon.
3. Kasultanan Banten
4. Kasultanan Turki Otoman.
Padjajaran Cuma di Bantu Orang Orang dari Kendeng
1. Rangga Cha Ring An dari Lasem Rembang Jawa Tengah.
2. Bandol Hang Luo dari Medhang, Yaitu dari
.a. Madhang Kamulaan
.b. Madhang Tsu Chen Pakuwuan
.c. Madhang Banjar Chen Tong (Dahulu ikut Kabupaten Blora Tetapi Sejak Kasunanan Kartasura Malah Menjadi Ikut Purwodadi Grobokan). Jawa Tengah.
3. Damang ( Demang) Carangsari dari kediri Jawa Timur.

Perang Besar Berkecamuk Hujan Tangis Banjir darah di Padjajaran, Para I Hino, Para I Halu, Wwka,Bhwang,I Sirikan. Damang. Para Mpu Sekuat Tenaga Mengerahkan Segala Kemampuan, Para Brahmana Rsi Pendeta Kanung Perang Habis Habisan, Tiap Tiap ada Pekikan "ALLAHUAKBAR" Disusul Ledakan Senjata dari Otoman Yang bisa Mengeluarkan Asap Tebal Membumbung Tinggi. Para Mpu Brahmana Rsi Pendeta Kanung Tiap Tiap Ada ledakan Yang Mengancurkan Kekuatan padjajaran Para sesepuh Bhumi Pasundan Di Sela sela Menadahi Gempuran Islam Di Mulut Mulut Beliau Dengan Halus di Sela Nafas Yang Terputus putus itu terucap Kata kata "SWASTI SWASTI PADJAJARAN" Sambil Berlinang air mata dan Bibir Yang bergetar dengan Hati Jengkel Karena Peperangan dengan Cara kroyokan. Dan Perang Tanpa tantangan Membuat Padjajaran Ketheteran Sehingga Sampai Menduta prajurit di Suruh datang Menghadap Leluhurnya di Kendeng di Suruh Membantu Galuh Padjajaran Karena Sangat sangat Susah susahnya Galuh Padjajaran Kala itu.

Batuan dari Kendeng Yang dipimpin Rangga Cha Ring An Dan Semua Wadya Bala Membantu Galuh Padjajaran Lewat Laut dan Berhadapan Langsung Dengan Armada Kasultanan Turki Otoman di Laut Pasundanan. Perang Laut itu Panglima Turki Sayid Abdullah Anwar Mati Keterjang Panah Upas dari Kendeng. Kematian Anwar di dengar Sampai Turki Otoman Sultan Otoman Mengirim Armada Besar Untuk Membantu Islam Demak Cirebon dan Banten untuk Melebur Galuh Padjajaran.



Rombongan Bantuan Dari Kendeng Medhang dan Kediri Lewat darat Ikut Memperkuat Kekuatan Galuh Padjajaran, Tetapi Demang Tua dari Kediri Ki Carangsari Gugur Melawan Kasultanan Cirebon. Bantuan dari Medhang Berhasil Medesak Kekuatan Lawan. Sehingga Prajurit Kasultanan Banten Lari Berhamburan Sampai Sultanya Yang Namanya Hasanudin Lari Masuk Hutan Menceburkan diri Mencari Selamat dengan Menyusuri mengikuti Aliran Kali. Ahirnya Plangka Serimad Seri Wacana SinggaSana Kedaton Galuh Padjajaran di Gondol Minggat Prajurit Banten Berharab Galuh Padjajaran Musnah dari Muka Bumi

FACEBOOK : KAPERCAYAAN KANUNG. LINGGA DJAYAPURA.

AJARAN BUDI PAKARTI KANUNG

.Oleh: Wangsa Badra Kendeng.

Didalam Ajaran Gunung itu Menekankan Wujud dari Budi dan Wujud dari Pakarti. Budi Artinya: Pikiran dan Pakarti Artinya: Tindakan.
Semua di dunia ini nyata adanya Semua Pengetahuan Harus Nyata dan bisa di Terima Pikiran dan Nalar. Lebih Lebih Suatu Kepercayaan atau Agama dan Pengetahuan Harus NYATA ADANYA. Karena Hukum Semesta ini Nyata Semua Tidak Menipu. Jangankan Yang Bisa di Lihat Mata Orang Banyak Yang Cuma bisa di Lihat Pakai Indria Istimewa Saja bisa di Deteksi Keberadaanya. 

Suatu Kebohongan dan Ketidaknyataan Itu Akan Berbenturan dengan Hukum Semesta. Dan Suatu Ajaran Kepercayaan (Agama) dan Pengetahuan Harus bisa di PAKARTIKAN Atau di Ujudkan atau di Tindakan Bukan berdasar dari KATANYA. DI KATAKAN. MENURUT. RIWAYAT. DI RIWAYATKAN. LEWAT. SESUDAH. SETELAH. NANTI. PASTI. Ini Semua adalah BOHONG DAN KEBOHONGAN Karena Semua Kata Kata itu Berbenturan dengan Hukum Semesta Raya Ini dan Ajaran Budi Pakarti Luhur Kanung.

Dan Perlu di Ingat Ingat Untuk Anak Cucu Lingga dan Para Pengikut Ajaran Kanung.
*. 1. Jangan Percaya pada Guru (Nabi) Dari pandainya.
Karena Guru itu manusia, Memiliki Watak Baik dan buruk tidak Ada manusia itu Yang Terlepas dari dua keadaan itu, Makanya Perlu di Waspadai dari kepandaianya itu.

*. 2. Jangan Percaya Pada Ajaran Karena Banyak Pengikutnya.
Banyaknya Suatu penganut Suatu Ajaran bukan berarti benar, Justru itu harus di Waspadai dengan Banyaknya Pengikut Suatu Ajaran itu. Karena Ajaran Yang Benar itu Rata rata berat Lakonanya di Situ justru Jarang Yang Lulus Menjalani dalam Ajaran Sehingga Mereka meninggalkan Ajaran itu. Memilih Yang Rendahan Spiritualnya. Karena Banyak pengikutnya justru Menjadikan Suatu ajaran menjadi golongan dan makin rendah ketitik terendah yaitu KEKUASAAN berbalut Kepercayaan.

*.3. Jangan Percaya Kitab dari Lamanya.
Jaman ini selalu Berganti dan silih berganti akan tetapi Suatu ajaran yang di kitabkan akan menjadi Penghalang kemajuan suatu jaman dan menjadi dasar dari kebodohan di dalam perjalanan suatu jaman. Karena manusia adalah bagian dari jaman bukan jaman bagian dari manusia.
Dan kitab kuno itu Mungkin benar pada jamanya tapi bukan untuk jaman jaman selanjutnya.
Dan kitab Ajaran itu Mungkin benar menurut bangsanya Pada Waktu Itu, tetapi belum tentu benar Ajaran Kitab Itu Untuk Jaman Jaman Jaman Selanjutnya.
Apalagi Ajaran Kitab itu Untuk Bangsa Lain, dan di Terapkan di jaman Sekarang. Pasti Akan Menjadi Masalah dan Menjadi Sumber Masalah dan Permasalahan Menjadikan Mundurnya Peradaban Suatu Bangsa Meringkihkan Kejayaan dan Keagungan Suatu Negeri.

*.4. Janganlah Berguru pada guru yang Beristri atau bersuami lebih dari satu.
Karena Guru atau (Nabi) Kalau Suka Kawin Bisa di pastikan beliau itu pasti lemah spiritualnya karena dengan sering kawin akan menumpulkan Ketajaman matabatinnya (Matahati) merosot Budi Pakartinya Seorang guru Karena Memikirkan Kebutuhan Keduniawian Seorang Anak dan istri.
Di pastikan Bohong Kalinthong Orang seperti itu berilmu tinggi.
Puji doanya Pun Tidak ada yang Terkabul Karena Jiwa Orang Seperti itu lebih rendah Kastanya dari Penipu.
Sungguh Celaka Orang Yang Berguru Pada Guru seperti itu. Janganlah Orang Kanung Anggeguru orang seperti itu.

*.5. Percayalah pada Rasa Sejatimu Sendiri.
Rasa adalah Perwujudan dari Kesucian Hyang Agung, Rasa itu tak pernah bohong. Kalau gula manis, Kalau asam Kecut kalau Garam itu asin Rasa itulah Tuntunan yang Agung di atas para guru guru atau Nabi. Di balik rasa menyimpan Kejayaan keagungan Keselamatan dan Kemuliaan.
Ajaran seperti ini harus di Ajarkan Kepada Satria Satria Kanung Seperti. Bima Enggi Saputra dan Chandra Wijaya dll. Karena Orang kanung Harus belajar kasepuhan kanung sebagai Jati diri Bangsa Mandiri.

ABAGYAGIRI MAHARAJA PRABHU SRI BOJA GALUH PADJAJARAN 1351 M


Oleh: Wangsa Badra Kendeng.

Prabhu Sri Boja Orang Orang Kerajaan Dulu Menyebutnya, Beliau adalah Raja Galuh Padjajaran. Yang Memerintah Padjajaran pada Tahun 1351 M.

Raja Yang Baik Hati Ramah Agak Sedikit Mejeng Berkulit Kuning Langsat Tinggi Lencir Berikat Kepala Motif Sikatan Nebo Berbaju Motif Kembang Kembang Kecil berdasar Warna Hijau Mupus,Berkumis Tipis Tanpa Jenggot Tanpa Jambang, Lirikanya dan Permainan Matanya Penuh Makna,Suka Berkawan di Cintai Kawan di Hormati Lawan.
Baju Kebesarnya Warna Perak, Kerajaan Galuh Padjajaran Tidak Memakai Mahkota Tropong Emas Seperti Kerajaan Kerajaan di Jawa Timur, Melainkan Memotif Rambutnya Sebagai Mahkota dan Bersumping Melathi di Kanan Kiri dan Bersisir Emas.

Prabhu Seri Boja Galuh Padjajaran Gugur di Medan Tempur Melawan Wilwatikta Nagari Jaman Rajasanagara Prabhu. Rombongan Prabhu Boja Kalah di Peperangan. Banyak Prajurit Padjajaran Lari Tinggal Glanggang Menyelamatkan diri Lari Masuk Ke Hutan Hutan.
Baju dan Celananya Mereka Menjadi Compang Camping Dedel Duwel Dawul Dawul Tersangkut Duri duri dan tersangkut sangkut dahan dahan tajam. Nafasnya Para Prajurit Padjajaran itu Sampai Kendeng Terlihat Krenggosan Melar Mingkus Enggos Enggosan
Padahal Sudah Tidak di Kejar Prajurit Madjapahit.
Maksud Hati Ingin Cepat Cepat Kabar Kabar di Galuh Padjajaran Bahwa Paduka Maharaja Prabhu Seri Boja Gugur di Tlatah Wilwatikta.

Sampai di Hutan Kendeng Ketemu Pendeta Guru Badra, di Tanyain Kok Krenggosan ada apa, Kelima Prajurit itu Menjawab Ingin Segera Pulang, Ungin Segera Mengabarkan Bahwa Prabu Boja Gugur di Bubat Beserta Keluarganya.
Sumengko Kedatangannya Pajurit Padjajaran itu Membuat Guru Badra Gugup Gupuh Sehingga Ketrucut Sabdanya di Tepat itu di Sabda Oleh Guru Badra Jadi Nama Sumengko Untuk Mengenangnya. Tempat itu Kalau jadi Desa atau Banjar Pemukiman jadi Desa Sumengko kemudian Orang Orang Kendeng Menyebutnya Bhumi Sumengko Kendeng Sampai Sekarang. Jadi desa Bernama Sumengko

Prajurit itu Kemudian di Kasih Bekal Oleh Guru Badra Sebungkus Daun Jati Madu Malam, Sebungkus Kunyit Temulawak dan Bakaran Kelapa Beserta Segenggam Garam Untuk Bekal Pulang Ke Padjajaran. Di Bungkus Jubah Sang Pendeta Guru Badra Bekal itu Mereka bawa pulang Ke Negerinya di Sana.
Seri Prabhu Boja Itu Sudah di Peringatkan Para Sesepuh Para Mpu Para Brahmana Pandita Domas Bahwa Berangkatnya itu Harinya tidak baik, tetapi masih Bersikeras Berangkat Juga.
Berangkatnya itu Berlayar Lewat Laut Utara Waktu Sireb Bajang Kurang Lebihnya. Pulang Malah Tinggal Namanya Saja. Jaman itu Belum ada Belanda Belum ada Pemerintahan Islam di Nusa Lingga ini. Atau Zhou Hwa (Jawa).
Perang Bubat itu terjadi Sekitar Surya Rumangsang Dan Prabhu Boja Gugur Sekitar Wisan Garu dan Lingsir Surya Sudah Selesai Semuanya, Prajurit Padjajaran Yang Lari Ketemu Guru Badra Waktu itu Waktu Nggereg Angon.

Celakanya Sejarah Prabhu Boja di Dramatisir Oleh Cendekiawan Muslim Era Kasultanan. Demak Sampai Sekarang, Karena Banyak Yang Tidak Tau Sejarah itu Orang Orang Pada Ngaku Aku Turunan Padjajaran Waris Galuh Padjajaran,
Lha Prabhu Boja di Rubah Namanya Menjadi Siliwangi. Dan di Kenang Juga Sebagai Muslim. 

Dan Ada yang menggambarnya tetapi Ciri Ciri beliau yang di tulis keluarga badra tidak sama dengan gambar gambar yang ada di pasaran itu sehingga bubrah Sejarah padjajaran Makin Runyam Gelap Gulita Sejarah Pasundanan di Klaim dan Silsilahnya di Karang karang.

Demi Ambisi Kekuasaan Serta Memperluas Pengaruh Mereka dalam Mengislamkan Pasundan dengan Memutarbalikan Sejarah Menjungkirbalikan Kebenaran Sehingga Kebenaran menjadi kebohongan kebohongan berganti kebenaran. Galuh Padjajaran itu ada 4 Kepercayaan Yang dianut Masyarakat Pasundan Yaitu.
1. Siwa Kanung.
2. Buddha Kanung
3. Kanung
4. Vishnawa.

Prabhu boja itu Beragama KANUNG Naluri Leluhur Medhang dan Kendeng. Malah Oleh mereka Menyebut SUNDA WIWITAN. Artinya SUNDA = Bangsa Sunda
WIWITAN= Kuno atau Pertama (Kawitan)
Jadi Arti dari Nama Kepercayaanya Sundawiwitan. Artinya: Kepercayaan Sunda kuno,Terus Sunda Wiwitanya namanya Apa tidak ada Yang Tau..!!!. 

Shang Maharaja Prabhu Sri Boja Galuh Padjajaran Juga Tidak Memelihara Macan atau Rimong, Baik Loreng atau Putih Seperti Gambar Gambar di Pasaran itu. Karena Macan itu Sudah ada di Gambar Panji Panji Kedathon Ratna ( Galuh) Di buat Masa Pemerintahaan Raja Galuh Pertama Yaitu Rahyang Kumbayana Agastya Rishi Indriya Pra Astha di Banjarnegara abad ke 4 M. Raja Galuh Pertama Sejak Dari Rahyang Rsi Agastya Kumbayana, Hang Sabura Dampo Awang Sampai Si Ratu Rahyang Dharmada jaya wisesa atau Surawisesa itu tidak ada Yang Memelihara Rimong atau Macan. Lha kok Gambar Gambar Lukisan itu ada Macanya...???.

Terus Kembali lagi Ke Pertanyaanya Penulis Sejarah itu Siapa dan Harusnya Siapa Yang Punya Hak Menulis Kalau Trah Padjajaran Sudah Habis Waktu Padjajaran ambruk di Kepung 4 Kesultanan yaitu,
1.Demak,
2.Cirebon,
3.Banten,
4. Turki Otoman dan Giri Sebagai Pembantu Untuk Demak.

SILIWANGI Itu Ada Dari Budi Budaya Para Pengarang Sejarah Setelah Islam Masuk Meruntuhkan Wilwatikta dan Padjajaran. Setelah Itu Kok Para Penerusnya
Membuat Cerita Sejarah.
Heranya Namanya Sejarah Musuhnya kok Malah ditulis Sejarahnya, Pakai Bahasa dan Tulisan lokal Sehingga Seperti Cerita Sejarah Aslinya Tidak Taunya Isinya Malah Jungkirwalik Nggak KaruKaruan Jadi Sejarahnya.
Orang Muslim kok Membuat Cerita Padjajaran Jadi Di Putar Putar di Inger Inger Jadi Bubrah Semuanya.
Yang Meruntuhkan Padjajaran Siapa,,?
Yang Nulis Sejarah Siapa,..???
Kepercayaan Padjajaran Sama Wikwatikta itu Beda Jauh.
Ajaran Kanung menekankan Menjunjung tinggi Orang Tua, Mungkin Patah Jimbuningrat Berani Sama Orang Tuanya.
Di Padjajaran itu Para Pangeran itu tidak ada Yang berani Sama Bapaknya Karena Kanung di junjung tinggi di Pasundan.
 

HWULING

Hwuling Adalah Sejenis Belut berkuping, Oleh Orang Lasem Menyebutnya dengan Sebutan Loadan ( Lodan). Hewan itu Hewan Air Tawar. 

Pada Tahun 230 SM. Orang Tiongkok Sampit di Pimpin Oleh Sean Dhang ( Seng Dhang) Merantau di Nusa Lingga dan Mendarat di Pantai Utara Nusa Lingga di Lereng Pegunungan Kendeng Nusa Lingga Sebelah Timur. 

Orang Itu Mendirikan Perkampungan Di Pinggir Pantai Dan Perkampungan itu di Kasih nama Kampung " Tan Tjung Pu Trie" Dan Rombongan itu Datang Ke Lingga Djayapura Minta Ijin Mengadu Nasib di Bhumi Lingga. 

Oleh Prabhu Lingga Rombongan Itu dipersilahkan Untuk Mengadu Nasib di Nusa Lingga, Tetapi Dengan Syarat Tidak Boleh Merusak Alam Menebangi Kayu Besar Karena Itu Tempat Burung Tempat Mitra Satitah dan Tempat Sumber Air dan Tidak Boleh Membunuh apalagi Memakan Banteng di Nusa Lingga Ini. Mereka Waktu di Tanya Seri Nata Djayapura Menamakan diri Mereka Dengan Sebutan " ZHOU HWA" Artinya: Perantau Tiongkok Zhou ( Chao). Kelak Oleh Rishi Kumbayana Zhou Hwa di Baca "Yawa" Tetapi Malah di Tulis "Jawa". Sampai Jaman Syailendra Dengan Tulisan Brahmin Zhou Hwa Di baca Yawa dan Titulis Jawa Sampai Sekarang. 

Orang Perantau Tiongkok itu Ramah Ramah dan Lucu Lucu dan Bila Tahun Baru Lingga Mereka Dari Lasem Berbondong Bondong Tua Muda Laki Laki Perempuan Ikut Datang Meramaikan Acara Tahun Baru Lingga Djayapura. Walaupun Jauh Jaraknya Mereka Jalan Kaki Dua Hari Mereka Menginap di Perkampungan Penduduk Lingga, Mereka Sudah Mulai Berdatangan. Tahun Baru Lingga di Mulai musim labuh. Yaitu Memperingati Berlabuhnya Rombongan Prabhu Ham Za Ah Badra Menjadi Penduduk Pertama, Sejak Mendirikan Peguruan Hingga Menjadi Keprabon Bernama Djayapura. 

Orang Tiongkok Zhou Sejak hidup di sampit Hingga Menjadi Perantau di Nusa Lingga Mereka sangat menghormati Hwuling atau Loadan. Setelah Seng dhang wafat Abu Layunya di taruh di Jurangan yang Sumbernya deras Oleh Masyarakatnya di Pundi pundi Sebagai "Sendang" di Hormati Sebagai leluhur mereka. dan Sumber air itu akan di lepasi pelus atau lodan ( Hwuling) sebagai Tanda kesetiaan. Karena mereka percaya merantaunya dari sampit di ikuti Hwuling sampai ke Nusa lingga ini. 

Setelah di Nusa lingga Orang Zhou hwa itu Juga bersumpah ( Berprastya suci) Sampai Jaman Kejaman apa saja Anak turun Jawa tidak akan makan daging apa lagi daging lodan banteng dan lembu sejenisnya. Kalau sampai makan Pantangan itu akan sengsara hidupnya di Marcapada dan Kalau Sudah Mati jadi Yitma gentayangan di maya bhuwana Sampai anak turun. Melarat sampai jebat jagad. Dari Jaman Ke Jaman Orang Lingga dan Zhou Hwa Saling Melengkapi Sampai Susah di Kenali mana Lingga Mana Zhou Hwa, Cuma Tradisinya Yang Masih Sering Terlihat, Orang Lingga Berkepercayaan Kanung Siwa dan Orang Zhou Hwa Berkepercayaan Hwuning.


Facebook : Kapercayan Kanung Lingga Djayapura 

BANTENG

Banteng adalah Nama Hewan Sejenis Lembu Atau Sapi Yang di Keramatkan Oleh Bangsa Lingga Jauh Taun Sebelum Orang Zhou Hwa ( Jawa ) Perantau Tiongkok Zhou Datang Ke Nusa Lingga.

Hewan Ini Di Percaya Oleh Orang Kanung Sebagai Tunggangan Bholenad Guru Kanung Yang Mengajarkan Ajaran Siwa. Bholenad adalah Seorang Pertapa di Lereng Gunung Himawat ( Himalaya). Beliau Guru Para Pertapa atau Orang Suci ( Dewa ) Atau Sura. Dan Guru Mahluk Halus di Seantero Jagad Khususnya di Lumayu Ksetra ( Setra Lumayu ) Atau di Atas Kuburan di Lereng Gunung Himawat di Khailash.
Guru Kanung Bholenad Berhasil Menaklukan Tribhuwana dan Menguasainya Sehingga Beliau Mampu Hidup di Alam Cahaya ( Bibit) di Alam Fana (Dunia) di Alam Mayabhuana (Alam Atma/Ruh).

Kemampuanya Itu Beliau Di Kenal Dengan Sebutan Maha Dewa ( Orang suci yang agung) Ajaranya di Sebut ajaran Shiwa ( Siwa) Artinya: Kebahagiaan.Shiwa itu Sendiri Mengajarkan Rahasia Linggam. Dalam ajaran Linggam Tersimpan Ajaran Ajaran Permata Permata Berlian Berlian Sumber Pengetahuan. Dan Membuka Rahasia Yoni Sebagai Wadah Pengetahuan Yang Terdiri dari Manik manik Pengetahuan.

Sebelum ada Bolenad dengan Siwanya Para Pertapa Pertapa di gunung gunung itu sudah ada. Jadi Ajaran Siwa itu termasuk ajaran Kanung, Tetapi sebelum Siwa Ajaran Kanung sudah ada Yang di Ajarkan Oleh Guru Guru Terdahulu. Tetapi Puncak Ketermasyuran Ajaran Kanung di Jaman Bholenad Dengan Siwanya. Siwa Bholenad terlahir berdarah CANDRA Sehingga Bagaimanapun Beliau Menganakan Wulan Tumanggal sebagai Identitasnya Sebagai Guru Wangsa Chandra di Kepalanya.
Orang Orang Kanung Sangat Menjunjung tinggi dan Menghormati Hewan Banteng, Banteng Perepuan Namanya Jawi. Jawi dan Banteng di Anggab Orang Kanung Lingga Sebagai ORANG TUA SENDIRI.
Dan di Lambangkan Sebagai UMPAKING NEGARA. Karena jawi Banteng ( Sapi Alasan) Sebelum Jadi Lembu ( Sapi Padesan). Setelah Jadi Lembu Hewan itu TENAGANYA. di Gunakan untuk Membajak sawah, Untuk Berdagang, Untuk Menyarat Kayu, untuk Menghidupi Keluarga Untuk membangun Desa Memajukan Negara. KOTORANYA Untuk Pupuk Tanaman sehingga bhuminya subur Sandang pangan Melimpah ruah, SUSUNYA Sebagai Makanan dan minuman Yang menyegarkan dan menyehatkan. Makanya Banteng Jawi dan Banteng Lanang Sangat di Sakralkan oleh Orang Kanung Khususnya orang Lingga.

Shang Hyang Prabhu Ham Za Ah Badra Penguasa Lingga Djayapura Mengeluarkan Kutukuan Jauh Sebelum Orang Jawa Datang ke Nusa Lingga. 

Kutukan itu berbunyi:
"Dan di saksikan bhumi Langit dan air yang Mengalir Matahari Yang bersinar dinamakan Terang dan Bintang Bulan di Kala Gelap di namakan Malam Bahwa Keprabon Lingga ini di dirikan oleh Bangsa Lingga Yang Beragama kanung Yang menghormati Bapak Ibu dan Menyayangi mahluk Seperti menyayangi diri sendiri. Dan Selamanya tidak akan Menyakiti Apalagi Makan Banteng dan Jawi, Kalaupun ada Bangsa Lingga dan Manusia Yang hidup di Nusa lingga Jangan lakukan itu.Kalau sampai merusak alam membunuh Memakan Banteng Jawi ibarat kamu merusak hidupmu Sendiri,Akan Sengsara Hidupmu Seanak turunmu Dan Matimu Ragamu akan Membusuk Yitma atmamu Akan Klambrangan Bentayangan Menjadikan Angkernya Tanah Kayu dan Batu Kena Walatnya Para Sesepuh Kanung Kena Murkanya Siwa Guru Mahadewa Dan Para Manggala Praja Ri Kanung Celakalah Kalian Sampai Jebat Jagad."
Sumber: Cerita Badra Kendeng

FACEBOOK : KAPERCAYAAN KANUNG. LINGGA DJAYAPURA. 

MAHESA SURANDANA

 MAHESA SURANDANA.
(Mundhing Suradana).

Oleh: Wangsa Badra Kendeng.

Kebo Surondono Adalah Kerbau Pusaka Kedhaton Madhang, Kerbau Itu Berwarna Hitam Dengan Tanduk Panjang Malengkung.
Pusaka Pertanian untuk Membajak Sawah. Orang Medhang Dahulu Kala Menyebutnya Mundhing.
Dan Mundhing Ini Oleh Trah Medhang Dan Rakyatnya di Larang Keras Membunuh atau Menyembeleh Kerbau. Karena Menurut Sesepuh Medhang Kerbau di Sebut Sebut Sebagai Dewa Kekayaan. Yang Memberkati Kemakmuran.

Turunan Madhang Galuh Padjajaran Itu dulu Kerbaunya Banyak Banyak dan tidak ada Satupun Mereka Menyembelehnya.
Orang Madhang Itu Menganut Kanung dan Buddha Teravadha Naluri Leluhur Kakek Paman Bhiku Djana Badra.

Ajaran Kanung Buddha dan Siwa. Tidak di Benarkan Makan daging apa lagi daging banteng atau lembu di Larang Keras untuk itu.

FACEBOOK : KAPERCAYAAN KANUNG. LINGGA DJAYAPURA.

HARI HARA


Oleh: Wangsa Badra Kendeng.

Harihara Orang Menyebutnya, Harihara Adalah Suatu Sekte Ajaran Shiwa dan Wishnu. Yaitu Ajaran Pelindung dan Pelebur. Ajaran Hari Wishnu dan Hara Shiwa Inilah Yang Banyak di Sukai Baik Kaum Ksatriya, Waisha, Sudra.
Ajaran Harihara di Bawa Ke Nusantara Pada Abad Ke 5 M. Dari Siam Oleh Brahmana Shiwa Harihara dan Di Terima Baik oleh Raja Galuh ( Ratna) Dahyang Sri Rishi Agastya Kumbayana di Banjarnegara.
Ajaran Itu adalah Ajaran Sekte Shiwa Ke dua Setelah BHAIRAWA Ajaran Yang Memakan Tumbal dan Wadal, Ajaran Harihara ini Tidak Menggunakan Wadal dan Tumbal, Tetapi Ajaran ini Baktanya Membutuhkan Keseimbangan.

Jaman dahulu Setiap Bakta Harihara Mempunyai Keseimbangan Cosmonya ( Daya Energi Spiritual) Sudah Lumprah dan Suatu Tuntutan yang Umum bagi masyarakat kuno. Akan Tetapi Celakanya di Jaman Sekarang ini di Bilang HOMO atau Penyimpangan Sexual Oleh Kepercayaan Abrahamic atau Agama Samawi ( Yahudi, Kristen,dan Muslim)
Adapun Para Pembesar Yang Terkenal Pengikut Hari Hara.
1. Arda dewa Ayah Darmasetu....

Sriwijaya
2. Raden Wijaya....Wilwatikta
3. Mpu Manuku ( Raka I Pikatan)....Mamratipura
4. Lokapala Dyah Kayuwangi....Mamratipura.
5. Mpu Sindok....Medhang Galuh
6. Smarotsaha....Jenggolo
7. Ketut Surya Alam...Ponorogo
8. Hsin....Kha La Tian Shan (Klaten)
9. Djayagiri...Ayah Sindok dari Galuh.
10. Mpu Mandasia..Medhang Sindulo (Banjarmsin).
11. Banjaransari Alanjung Ahyes..Padjajaran.

Ajaran Hari Hara adalah ajaran Cinta Kasih Wishnu dan Shiwa Yang di Kemas dalam suatu Kepercayaan Kuno demi mendapatkan Muksa dan Kesempurnaan Baik di marcapada atau di Mayabhuwana.
Para Pengikut ini di Jaman Sekarang Malah di bilang Homo. Jaman kuno Ajaran ini sangat di hormati karena Mampu membawa
1. Kejayaan
2. Kekuatan
3. Kemakmuran
4. Kesempurnaan
5. Muksa

Ajaran ini Sudah Ketelan Jaman oleh Ajaran Samawi. Sekarang Tinggal Prakteknya Saja yang di dasari tanpa teori. Yang masih itu adalah para Murid I Ketut Surya Alam dari Ponorogo yang masih melanggengkan ajaran Wewarah (Warok)

FACEBOOK  KAPERCAYAAN KANUNG. LINGGA DJAYAPURA. 

KIDUNG


Oleh: Wangsa Badra Kendeng.

Kidung adalah Getaran Suara Nala, Yang mana Kidung adalah Berupa Suara Bernotase Yang Keluar
dari Getaran inti daya, Kidung di Adalah Ajaran Asli 100% dari Kanung.
Kidung itu Berisi Pujian Terhadap Mitra Satitah. Dan Kidung Biasanya di kidungkan Apabila Mempunyai Tujuan Untuk Pertolongan dan Persahabatan.
Bagi Bangsawan Lingga, Kidungan adalah Kuwajiban harus bisa Bagi Laki Laki. Terus di Lanjutkan Oleh pendatang Tiongkok Yang Kelak bernama Zhou Hwa ( Jawa ).

Di Ceritakan Pada tahun 400 SM, Shang Hyang Prabhu Ham Za Ah Badra Itu Di Saksikan Warga Lingga dan Para Pembesar Djayapura Beliau Masuk dalam Kobaran Api besar Di Hutan Kendeng, Gunung Api Beliau Masuki dan Sri Nata Duduk di atas Dahan Kayu Jati Yang terbakar yang Masih berdiri dan beliau Mengidungkan Pujian Kepada Mitra Angni (Ge Nie).
Banyak Orang Terpranga Terperanjat Melihat kayu yang Beliau duduki mati dan Di kanan Kiri beliau Hingga merambat kemana mana mati semua api itu dan berubah Menghijau Kembali.

Di Ceritakan Juga Raja dwarka Khan Ha, Beliau melihat adiknya Subadra dan sepupunya arjuna tenggelam dalam air, Beliau Mengidungkan Pujian Kepada Saudara Setitah Udaka, Kaki beliau di masukan ke dalam air Jamuna Seketika air itu Terbelah Menjadi dua hingga ke dasar perairan itu Sehingga Subadra dan Arjuna Selamat dari Ketenggelaman air.

Di Ceritakan Pula Djayapura di Satroni Bajak Laut yang Masuk di Laut Selat lingga (Selat kendeng) Pada tahun 402 SM. Bajak itu Menjarah Kampung kampung desa desa di Lingga, Membuat Murka Shang Hyang Prabhu Ham za ah Badra Murka, Kapal Kapal Knoting Para Bajak laut itu Tenggelam Dengan Sendirinya, Sri nata mengidungkan Puji pijian Kepada dewi Hua Ruh Na (Penguasa Laut) lewat Seruling seketika itu Laut Selat Lingga Selatan Airnya Tidak bisa di Dayung, Kapalnya tidak Mau Jalan Malah Karam Kapalnya di Selat Kendeng selatan.

Jaman dahulu orang orang Lingga dan Jawa itu mahir Dalam kidungan, dan Adalah suatu kuajiban harus bisa mengidung baik laki atau perempuan lebih lebih laki laki di wajibkan bisa mengkidung.

FACEBOOK  KAPERCAYAAN KANUNG. LINGGA DJAYAPURA.

Para Dahyang Pengalasan


 
Kapercayan Kanung Facebook
Di Hadapan Para Dahyang Pengalasan, Yaitu Beliau

1. Ki Dadung Awuk
2. Ki Kolodipo
3. Ki Tepengreges
4. Ki Kluntung Waloh
5. Ki Paing Pait
6. Ki Pulanggeni.

Sambil Terpatah Patah Ucapanya, Air Matanya Berlinang Membasahi Pipi dalam Wajahnya Yang Sedih Memelas, Ki Dadung Awuk Berkata Pelan

Dadung Awuk:
" Duh Pikulun Dewo Sesembahan Kulo Pikulun, Punopo Duso Kalepatan Hambo, Maheso Lembu dalah Poro Rumangkang Pinejahan, Kinepung Pinulosoro Tinigas Jangganipun Luntak Keng Marus Ambalabar Mangambrah Ambrah Gawe Geter Welasihing galih reh Sapodo padane Titah Sih Sinisihan Pikulun.
Pikulun Badra:
"Ngertenono Yo Dadung Awuk Iku Pan Ajarane Kapercayan Rosul Wong Soko Ngatas Angin Negoro Segoro Wedhi Maghribi Farizi Arabia. Ngono iku Ajarane Kulup,
Tepeng Reges
" Pikulun Opo ora iku Jeneng Kapercayaan Kang Sisip Jalaran Gawe Cuwo Gelane Liyan, reh Jalmi iku ugo ginolong Titah.
Pulanggeni
" Leres Pangandikane Kadang Ki Tepeng Reges Yen ing Kapercayaan Kulo Kanung Kang Kulo Pundi Pundi Saking Wasistaning Poro Muni Poro Sutopo , Titah Kedah Hangayomi Sapodo podo reh iku Mitro Satitah Konco Rowangipun Gesang Ing Marcopodo Pikulun Lamun Jiniwit Loro ojo anjiwiti Yen tinigas kukut kang gesang yo ojo anenigas.
Paing Pait
" Pikulun Lamun Ono Wong Angerusak Maleh kulo bade Manjing ing onggo rumangkang Maheso dalah Lembu bade kulo sarudug Nganti Jebrol Atombrol Wadukipun.Boten lego manah kulo yen durung ngajar jalmo awatak blarutan ambebayani sapodo podo.
Kluntung Waloh
" Prasetyo Kulo Lamun Lembu Maheso Pinejahan ing Nuso Linggo mriki Wo Mang Sawang Mawon Bakal Kulo Udari Wahyu Kamuktene Bakal kulo Uculi Wahyu Kabegjane Nganti anak putu Sak turun turunane. Bakal Kulo Sudo Ulu Pawetune Sawah, Kulo Kandasake Kang Kedung Kali, Bakal Kulo Sebar Penyakit Memolo Warni Warni
Kolo Dipo
"We lha dalah Poro Sedulur Dahyang Pengalasan Podo Beko Atemoho, Kulo Mang Sawangi Pikulun Kulo Ugi Mboten Tarimah Lembu Maheso dalah Rumangkang Pinejahan Kulo Bade Nalusup Ing Bhumi Nyusup Ing Sarine Urip Ajeng Kulo damel Larang Pangan Pantun Gabug, Pisang Lodohen, Tetuwuhan Bosok Auleren, Jalmo Ing Nuso Linggo Sak Bawitipun Kersane Mangani Titah Sak Marus, Anggagglagi Daging Bathange Sapodo podo, Jalmo Manungso Lan Danowo Buto Gede Ora ono Bedhane Watak Wantune. Ngrasuk Kapercayaan Atas Angin Watake Liniru Lir Dityo Kolo Asuro...
Pikulun Badra
" Poro Dahyang, Mongso Borong Apan Becike Kanggo Kawilujenganipun Toto Ing Khayangan Linggo Djayapuro Tak Pasrahke Marang Siro Kebeh Kulup.
Ning Ojo Ngrusak Lan Mulo Soro Kang Awatak Dewo Jalmo Kang Sih Poromarto Sapodo podo yo kulup.
Poro Dahyang Pengalasan
" Mundi Dawuh pikulun.


Catatan :  Para Dahyang Itu ada di Nusa Lingga Sini dan Asli Dari Sini Beliau di Gunung Ndindhing Kedung Tuban Blora Selatan



FACEBOOK : KAPERCAYAAN KANUNG. LINGGA DJAYAPURA.